Selasa, 21 Desember 2010

Ilusi Reformasi

Tepat pada tanggal 21 Mei 1998 gerakan rakyat yang di pelopori oleh gerakan mahasiwa mampu menumbangkan Soeharto, yang akhirnya membawa angin segar bagi perubahan rakyat indonesia, tapi angin segar itu tidak menampakkan perubahan yang sesunguhnya karna cita-cita reformasi yang seharusnya mampu menciptakan satu perubahan yang mendasar bagi rakyat tidak lah terjadi. Pada kenyataannya reformasi kini hanya tinggal sebuah kenangan belaka.

Rezim politik yang hari ini berkuasa tak berbeda jauh dengan rejim orde baru. Pada kenyataanya mereka justru lebih mengedepankan kepentingan para pemodal luar negeri daripada mengambil kebijakan yang mensejahterkan rakyat, padahal sudah jelas telah diatur dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bahwa kemerdekaan adalah hak bagi setiap warga negara dan negara menjamin kemerdekaan secara ekonomi.

Justru hari ini rakyat selalu menjadi korban bagi para elit politik yang berkuasa. Setiap pengambilan kebijakan yang diambil tidak ada satupun yang berpihak kepada rakyat.

Sistem otonomi daerah yang diharapkan mampu menjawab tingkat kebuntuhan ekonomi yang selama ini di pakai oleh rejim orde baru hanyalah isapan jempol belaka, malah menciptakan raja-raja kecil di tingkat lokal. Dalam kehidupan nyata, rakyatlah yang harus jadi korban, tak  ada satupun kebijakan yang diambil yang berangkat dari kebutuhan rakyat.

Penegakan hak asasi sampai hari ini belum tuntas. Buktinya, tidak ada keseriusan dalam penegakan hukum di Indonesia, bahkan hari ini para jendaral yang dulunya di anggap sebagai orang yang paling bertanggung jawab terhadap penculikan aktivis era 1998 dan Timor Leste, bisa dengan santai melengang ke panggung pemilihan presiden. Kelompok-kelompok yang dulunya mengklaim diri sebagai reformis pun kini bergandengan tangan dengan para penguasa Neo Liberal.

Kembalinya kekuatan militer dalam hal ini cukup membuktikan lemahnya kekuatan sipil dalam proses dinamika politik di Indonesia, kekuatan militer yang dulu kita tentang habis-habisan kini kembali dengan wajah baru, gerakan mahasiwa yang dulunya kita harapkan mampu mendorong proses perubahan kini telah kehilangan arah geraknya.

Bangkitnya kembali kekuatan KKN Gaya baru dalam wajah yang lebih humanis dan juga dengan jorgon-jargon ekonomi kerakyatan ini bisa menjadi tantangan berat bagi gerakan kiri di Indenesia. Jargon itu menyala mengilusi rakyat.

Hari ini kita haruslah senantiasa waspada dengan kebangkitan KKN Gaya Baru. Para kandidat calon presiden yang ada tak ada yang mewakili rakyat. Lihat saja pengalaman mereka selama ini ketika mereka berkuasa. Paling kasat mata, Megawati dengan kebijakannya mengeluarkan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003, dan Undang-Undang Nomor  2 tahun 2004, satu paket undang-undang yang lebih pro kepada pemodal dan menistakan kaum buruh. Rezim Susilo Bambang Yudhoyono menindas buruh dengan kebijakan Peraturan Bersama 4 Mentrinya (PB 4 Menteri), dan masih banyak yang lainnya.

Dari proses dinamika politik di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa hari ini cita-cita reformasi 1998 telah gagal total dalam usahanya untuk membawa perubahan fundamental, secara ekonomi maupun politik, kepada rakyat Indonesia. Reformasi hanya memberikan kebebasan kepada lebih banyak kapitalis dan agen-agen politik bayaran mereka untuk menindas rakyat. Reformasi gagal bukan karena salah strategi atau taktik tetapi karena ia berada di dalam kerangka kapitalisme. Perubahan fundamental tidak akan bisa tercapai di dalam kerangka kapitalisme; inilah mimpi yang ingin dicapai oleh gerakan reformasi.

Satu pelajaran yang bisa kita tarik dari proses perjalanan reformasi 98 dengan konteks pemilu 2009, kita tidak boleh percaya pada segelintir elit politik dan partai-partai yang hari ini terlibat dalam politik elektoral. Kini sudah saatnya rakyat bangkit dari keterpurukan dan mengandalkan kekuatan mereka sendiri. Rakyat butuh organisasi politiknya sendiri dan menanggalkan semua ilusi di dalam reformisme.

Belajar dari Venezuela

Hari ini kita pantas melihat dan belajar dari pengalaman rakyat Venezuela yang mampu membebaskan diri dari rejim yang otoriter dan mampu mengorganisasi kekuatan-kekuatan yang memang mampu mewakili kekuatan kelas pekerja, berani mengambil satu kebijakan yang tidak terikat pada kelompok kapitalisme international dan mampu mendorong gerakan rakyat pekerja untuk melakukan nasionalisasi aset di bawah kontrol buruh. Situasi ekonomi politik Indonesia tidak lah berbeda jauh dari Venezulah, kita sama-sama di tindas oleh rejim pemodal. Rakyat Venezuela mampu bangkit dari keterpurukan. Kenapa kita tidak bisa?

Hari ini adalah momentum yang sangat tepat bagi rakyat Indonesia untuk bangkit. Krisis ekonomi global telah menunjukkan betapa rapuhnya sistem ekonomi kapitalisme yang selama ini dianut oleh dunia termasuk Indonesia.

Untuk itu saya menyerukan kepada rakyat Indonesia agar selalu waspada dengan kebangkitan KKN Gaya Baru dan bisa merefleksikan sejarah perubahan yang ada di Indonesia. Kita punya banyak pengalaman kegagalan dan sekarang sudah saatnya bagi kaum Muda Indonesia untuk bangkit dan mengambil posisi di garda terdepan dalam kepeloporan perubahan.

Reformasi sudah gagal. Sosialisme adalah jalan keluar satu-satunya. Sekarang saatnya kita serukan Revolusi.

Bukan Reformasi, tetapi Revolusi.!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar