Penulis
tidak tahu mesti mulai dari mana ketika nama HAARP muncul sesaat setelah
Tsunami memporakporandakan daratan Jepang. Dan penulis juga tidak mau memaksa
terhadap hipotesa bahwa nama HAARP-lah yang bermain dalam gelombang dahsyat
tersebut sekaligus juga tidak menampik bahwa HAARP ada di belakang ini semua.
Suatu ketika, petunjuk Allah yang akan menjawabkegelisahan dan rasa penasaran
kita semua.
Kita di
sini sedang mendikusikan sebuah fakta tentang Kebangkitan kedua Kapitalisme
Marxis di Amerika Serikat (AS) yang bertindak semena-mena terhadap negara
lainnya.
Dan
kedua kita juga sedang berbicara mengenai tanda-tanda akhir zaman dimana
semakin digdayanya globalisasi dunia ini menuju singgasana kelahiran Sang Mata
Satu, penulis namakan itu hampir sama dengan thesis Ahmad Thompsom, Sistem
Dajjal.
HAARP
sendiri adalah singkatan dari High Frequency Active Auroral Research
Program. Sebuah alat pengubah cuaca. Menara transmisi HAARP terletak
terpencil di daerah Alaska, dan dirancang sedemikian rupa sehingga menghasilkan
enerji yang sangat besar dan kemudian dipancarkan ke lapisan ionosfer.
Namun
benarkah HAARP yang notabene menjadi program senjata pemusnah masal AS menjadi
dalang untuk menghancurkan Jepang dan merebut senjata nuklir Jepang?
Jepang,
Sekutu AS?: Geopolitik Asia Timur
Tidak
pernah ada sekutu abadi bagi AS. Bahkan Indonesia sekalipun. Era kemenangan
Demokrasi Liberal, seperti thesis Fukuyama adalah jalan untuk sebuah negara
menginjak negara lain. Era bagi sebuah kekuatan asing yang terus membangun
kedigdayaannya dengan cara berbohong, membohongi konsumennya.
Konstelasi
politik Asia Timur diramaikan pada persengkataan antara kekuatan nuklir dan
militer di antara banyak negara. Jepang sebagai bagian Negara super power Asia,
memiliki investasi nuklir yang bisa menjadi bom waktu bagi siapa saja, termasuk
AS. Ini karena Jepang sejak era Perang Dunia II telah memiliki sarana dan
prasana yang baik untuk mengembangkan program nuklir, sekalipun tidak begitu
berhasil.
Melihat
gejala ini, kita tidak lagi bicara bahwa Jepang selama ini adalah sekutu bagi
AS. Sekali lagi penulis ingin menekankan tidak ada istilah sekutu bagi mereka.
Dalam wilayah kapitaslime global, kekuatan dan uang adalah mitra sesungguhnya.
Menguasai teknologi nuklir secara masif akan mendongkrak kekuatan suatu negara
menjadi negara powerful yang memiliki bargaining dengan kekuatan politik
lainnya.
Surwandono,
salah seorang pemerhati Hubungan Internasional di Yogyakarta, menyatakan bahwa dengan
penguasaan teknologi nuklir, setidaknya negara besar yang selama ini bisa
mendikte perilaku politik negara kecil, akan berfikir dua sampai tiga kali.
Sedikit
gambarannya saja bahwa kemampuan rudal Korea Utara sudah dalam kapasitas rudal
jarak jauh bahkan antar benua. Inilah yang menjadi ketakutan Amerika dan Korea.
Kepentingan AS terhadap nuklir Jepang sangat terasa pasca era millennium baru
saat ini.
Inilah
yang membuat AS merasa memiliki kepentingan berarti pasca meledaknya reaktor
nuklir Jepang setelah Tsunami menghempas. Bayangkan saja bagaimana kesigapan
Gedung Putih melihat tragedi ini. Minggu kemarin, Gedung Putih, seperti
dilansir kantor berita Antara, telah mengirimkan para pakar ke reaktor-reaktor
nuklir di Jepang. Dua reaktor di negara itu telah mengalami kerusakan akibat
gempa bumi besar dan menghadapi kebocoran.
Dalam sebuah pernyataannya, Gedung Putih pun mengatakan bahwa Tim Tanggap Bantuan Bencana telah dikirimkan ke Tokyo. Tim ini termasuk petugas berkeahlian nuklir dari Departemen Energi dan Kesehatan dan Sumber Daya Manusia di samping Komisi Peraturan Nuklir (NRC). Para anggota NRC adalah pakar dalam reaktor nuklir air panas dan bersedia untuk membantu rekan-rekan mereka di Jepang.
Para
pejabat dari Departemen Energi, NRC, dan lembaga lain telah mengadakan kontak
dengan pejabat-pejabat Jepang di Fukushima dan akan memberikan bantuan apapun
bagi permintaan pemerintah Jepang, karena mereka bekerja untuk menstabilkan
reaktor nuklir mereka yang rusak.
NRC
juga telah menyiarkan informasi yang menyatakan bahwa Hawaii, Alaska, Amerika
Serikat dan Wilayah Pantai Barat AS tidak diharapkan untuk mengalami tingkat
radioaktivitas berbahaya. Amerika Serikat dan Jepang keduanya memiliki
kemampuan yang sangat canggih untuk memantau dan memprediksi aliran dari setiap
kebocoran radioaktif, menurut laporan media AS.
Inilah
invasi besar-besaran yang bisa jadi menjadi misi sesungguhnya Amerika dalam
tsunami Jepang saat ini. Alih-alih ingin membantu, AS telah mempelajari skema
reaktor kuklir Jepang yang kelak jika tidak diwaspadai bisa menjadi bumerang
bagi mereka sendiri.
Melihat
ini semua, kita layaknya sedang melihat bahwa AS sudah seperti negara paling
berkepentingan sekaligus paling panik dibanding dengan Jepang sendiri melihat
kasus kebocoran nuklir di Fukushima.
Peter
Bradford misalnya,Kepala Komisi Regulator Nuklir AS, ini mengatakan bahwa jika
upaya pendinginan reaktor gagal, maka situasi di Fukushima menjadi mirip
seperti di Chernobyl, Ukraina. Bradford menjelaskan bahwa dua kecelakaan nuklir
terburuk dalam sejarah terjadi pada bencana Chernobyl pada tahun 1986 dan
ledakan reaktor Three Mile Island di AS pada tahun 1979 dan itu bisa terulang
di Jepang.
Namun
terlepas dari itu semua, kita juga harus melihat apa motif sebenarnya Jepang
memiliki nuklir? Apakah misi Jepang sesungguhnya ketika berniat memiliki
teknologi hebat ini mengingat para ahli juga pernah mengatakan bahwa Jepang
tidak begitu berhasil melangsungkan proyek nuklir.
Jawabannya
tidak lain karena Jepang ingin mengantisipasi jika dikemudian hari AS tidak
berhasil mengatasi persoalan Korea Utara dengan baik.
Dodik
Ariyanto dalam tulisannya “Era Baru Perang Bintang”, mengatakan bahwa Provokasi
Kim Jong II, khususnya sejak uji-coba Taepodong II Juli 2006, telah menyulut
kekhawatiran luas di Jepang bahwa payung keamanan AS yang dipadu dengan
kemampuan peralatan yang ada saat ini, sangat tidak memadai guna melindungi
Jepang seandainya Kim gelap mata.
Kekhawatiran
tersebut jelas sekali ketika tahun Jepang kemudian mengeluarkan pernyataan
resmi bahwa ia punya hak melakukan setiap antisipasi menghadapi perkembangan
terakhir di Korut. Selain alokasi $1,9 milyar untuk teknologi rudal pada
anggaran 2007.
Kita
tahu bersama bahwa tidak ada satu negarapun yang tahu persis apa yang sedang
mereka pikirkan masing-masing, serta apa yang akan dilakukan oleh negara
lainnya jika ada sebuah skenario sedang tersusun rapih. Akhirnya, setiap negara
dipaksa untuk berpikir bahwa perilaku tetangganya dapat setiap saat menjadi
ancaman baginya, sehingga tersedia pilihan sikap yang sama persis menyangkut
keamanan nasionalnya, yaitu : 1). aktif bekerjasama dan tidak bersenjata ; 2)
bersenjata sementara negara lain tak bersenjata ; 3) semua bersenjata dengan
kemungkinan terjadinya perang, dan ; 4) tidak bersenjata sementara negara lain
bersenjata.
Jadi,
sebenarnya AS di satu sisi diuntungkan oleh meledaknya reaktor nuklir Jepang
dan mereka memiliki kelegaan dimana kekuatan “calon musuhnya”, suatu ketika
sudah terbaca mengingat berbagai perangkat pakar nuklir AS telah meindentifikasi
titik pergerakan reaktor nuklir saat ini. Lalu inikah indikasi kuat bahwa AS
ada dibalik Tsunami ini?
HAARP
dan Kasus Tsunami Jepang: Sebuah Diskusi
HAARP
sebenarnya adalah proyek investigasi yang bertujuan untuk memahami,
menstimulasi, dan mengontrol proses ionospherik yang dapat mengubah kinerja
komunikasi dan menggunakan sistem surveilans. HAARP mulai dikemangkan
pemerintah AS pada tahun 1992 dan ditargetkan rampung pada tahun 2012.
Menurut
salah sebuah sumber, cara kerja HAARP adalah dengan memanaskan ionosphere yang
ada di langit. Hal ini dapat memanipulasi keadaan langit disekitarnya, sehingga
pada masa percobaan dapat terjadi suatu hal yang tidak diinginkan misalnya
terjadi badai, gempa bumi, gangguan sinyal dan lain-lain.
Caranya
dengan menentukan satu titik lokasi ionosphere yang akan dipanaskan, lalu
tekanan yang berada di atmosfer juga akan naik. Maka tekanan yang terbentuk
dikumpulkan di satu titik dan terbentuklah manipulasi jetstream).
Namun
menurut sebagian kalangan, ada sesuatu yang lebih besar sedang dilakukan di
tempat ini, yaitu pengembangan senjata pemusnah massal. HAARP disebut mampu
menciptakan banjir dengan memanipulasi penguapan air, mampu menciptakan badai
dan bahkan gempa bumi.
Dengan kemampuan
ini, tentu saja itu berarti Amerika akan mampu menciptakan bencana kelaparan di
wilayah yang diinginkannya. Projek ini menurut sebagian kalangan
bertanggungjawab terhadap beberapa peristiwa gempa besar, seperti gempa bumi
7,8 skala Richter (SR) di Sichuan China 12 Mei 2008, gempa bumi 7,0 SR di Haiti
12 Januari 2010, dan gempa bumi 8,8 SR di Chile 27 Februari 2010.
Ketika
Haiti diguncang gempa bumi berkekuatan 7,0 SR pada 12 Januari 2010 dan
menewaskan sekitar 200.000 orang, banyak media massa yang melansir pernyataan
Presiden Hugo Chavez kepada surat kabar Spanyol ABC.
Dalam
berita disebutkan pemimpin Venezuela itu menuduh AS menyebabkan kehancuran di
Haiti dengan menguji coba "senjata tektonik". Hal ini kontak memicu
media massa Venezuela untuk melaporkan bahwa gempa bumi ini terkait dengan
projek HAARP yang dapat menghasilkan perubahan iklim yang tak terduga dan
keras.
Sebuah
laporan Amerika berada di balik Tsunami Jepang memang sempat menuju titik
terang. Seperti dikutip dari situs http://www.atlanteanconspiracy.com/2011/03/japan-tsunami-caused-by-haarp.html.
Terlihat ada grafik peningkatan pergerakan elektromagnetik saat sebelum HAARP
diaktifkan dan 36 jam pasca tsunami.
Namun
kita ketahui bersama indikasi HAARP tidak saja berada pada level eletktromagenitik,
namun juga penampakan aurora di sekitar langit seperti pada kasus gempa Chile.
Ini yang mesti dibuktikan.
Aurora
sendiri merupakan fenomena pancaran cahaya yang menyala-nya pada lapisan
Ionosfer (bagian Atmosfer yang terionisasi oleh radiasi matahari) suatu planet
akibat interaksi medan magnetik planet tersebut dengan partikel bermuatan (ion)
yang dipancarkan matahari.
Tanda-tanda
Akhir Zaman
Terlepas
dari diskusi itu, terjadinya gempa secara beruntun baik di Chile, Haiti, New
Zealand, dan kini Jepang menandakan babak baru tanda-tanda akhir zaman.
Sebagai umat beragama, kejadian ini haruslah menjadi media kita untuk meningkatkan iman kepada Tuhan YME. Gempa dan tsunami adalah refleksi bahwa ujian dan peringatan betapa sombongnya manusia dunia dan betapa kemaksiatan sudah merajalela di muka bumi. Jepang, Negara penyembah matahari itu tidak berdaya apa-apa ketika jutaan mobil produksi mereka hancur tak bersisa. Kehebatan mereka dalam ilmu geologi pun menjadi tidak bisa berfungsi ketika Tuhan YME menetapkan ketetapannya.
Kemaksiatan
yang perlu menjadi renungan kita semua adalah tidak lain sebuah kesombongan
berupa pemujaan terhadap sains dan teknologi melebihi proposrsi sebenarnya.
Sains bahkan telah menggantikan peran Tuhan YME sebagai penentu hukum alam.
Bahkan
tidak hanya menampik hukum buatan Tuhan, namun HAARP sendiri jika memang betul
berada dibalik ini semua, justru diciptakan oleh sebuah bangsa yang sudah
menjadikan Sang Mata Satu sebagai sesembahannya. Dan inilah bencana
sesungguhnya, bencana dimana kita tidak lagi mengakui Tuhan YME sebagai Pencipta dan Penguasa alam semesta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar